Lelaki Warna Warni
bagus perawakannya,
tidak merasa berat karena gemuk.
tidak bisa dicela
karena kepalanya kecil, elok dan tampan,
dimatanya ada warna
hitam, bulu matanya panjang,
lehernya jenjang,
matanya jelita, memakai celak mata,
alisnya tipis,
memanjang dan bersambung,
rambutnya hitam,
jika diam dia tampak
berwibawa,
jika berbicara dia
tampak menarik,
dia adalah orang
yang paling elok dan menawan jika dilihat dari kejauhan,
tampan dan manis
setelah mendekat.
::. Ummu Ma'bad Al
Khuzaiyyah, tentang Rasulullah .::
"Ya
Rasulullah," Kata 'Umar perlahan, "Aku mencintaimu seperti kucintai
diriku sendiri."
Beliau
Salallahu'alaihi wa sallam tersenyum. "Tidak wahai 'Umar. Engkau harus
mencintaiku melebihi cintamu pada diri dan keluargamu."
"Ya
Rasulullah", kata 'Umar, "Mulai saat ini engkau lebih kucintai
daripada apapun di dunia ini,"
"Nah, begitulah
wahai 'Umar."
selalu
tersenyum-senyum sendiri jika membaca petikan percakapan ini,
kenapa?...
ya karena 'Umar yang
terkenal akan perawakannya yang besar, pembawaannya yang kokoh dan tegap,
karakternya yang keras, begitu dengan mudahnya menggeser pilihan-pilihan
tentang siapa yang seharusnya mendominasi cintanya. Bagaimana 'Umar
menyederhanakan kerja cintanya begitu luar biasa.
"Karena 'Umar
memahami-" tulis Salim A fillah "-Cinta adalah kata kerja-adalah
persoalan berusaha untuk mencintai. bahwa cinta bukanlah gejolak hati yang
datang sendiri melihat paras ayu atau jenggot rapi. Bahwa, sebagaimana cinta
kepada Allah yang tak serta merta mengisi hati kita, setiap cinta memang harus
diupayakan. Dengan kerja, dengan pengorbanan, dengan air mata, dan bahkan
darah."
Bisa dikatakan, buku
ini begitu Extraordinary. Dengan menampilkan kisah-kisah apik para sahabat dan
keluarga Rasulullah Salallahu'alaihi wa sallam, para pembaca akan dengan mudah
memahami makna cinta sejati dan sejatinya cinta yang harus diusahakan. Menariknya,
fakta bahwa generasi terbaik itu adalah generasi para sahabat, tidaklah serta
merta memberikan vonis kepada kita, manusia yang terpisah beribu abad lamanya
dari mereka, untuk mustahil meniru dan belajar dari sejarah yang merekam dengan
baik bahwa mereka selalu mengupayakan keputusan-keputusan untuk mencintai
Tuhannya melebihi diri mereka sendiri-dan dengan cara yang manusiawi tentunya.
Bahkan mereka
bukanlah manusia-manusia sempurna yang bersih dari kesalahan.
"Suatu
Ketika," demikian 'Abdullah 'Ibnu 'Abbas berkisah, "Seorang wanita
sholat dibelakang Rasulullah Salallahu'alaihi wa sallam." Dia seorang
wanita yang sangat cantik, secantik-cantik wanita. "Demi Allah," kata
'Ibnu 'Abbas bersaksi, "Aku belum pernah melihat wanita secantik
dia." Wanita itu langganan menempati shaff terdepan dibarisan para wanita.
Keberadaan sang
wanita membelah sikap para sahabat dalam shalat berjama'ah. Sebagian berupaya
keras untuk datang lebih awal dan mengambil tempat di shaff terdepan agar
jangan sampai melihatnya. Agar tak sempat tergoda. Tetapi ada juga sebagian
yang melambatkan kehadirannya. Mengakhirkan diri agar mendapatkan shaff
terbelakang dibarisan lelaki, agar curi-curi pandang bisa leluasa dilakukan.
Ketika ruku' mereka merenggangkan kedua tangan, menyeksamai kecantikannya
melalui celah ketiak mereka.
Para sahabat yang
mulia tidaklah serta merta menjadi malaikat yang senantiasa bersih dari
kesalahan dan terjamin dari dosa. Adalah mereka dengan sifat kemanusiaannya
tetap saja dapat tergoda oleh lukisan cahaya berpendar kecantikan yang memesona
yang terukir pada sosok wanita yang suatu kali hadir melengkapi shalat jama'ah
bersama Rasulullah.
Namun, kesejatian
iman mereka begitu unik dan kokoh, keagungan mereka dengan jelasnya terlukiskan
ketika mereka begitu ridho dengan teguran penuh kasih sayang yang Allah
turunkan setelah peristiwa itu.
"Dan
sesungguhnya Kami telah mengetahui orang-orang yang terdahulu diantara kalian.
Dan sungguh Kami mengetahui pula orang-orang yang mengakhirkan diri" Qs.
Al Hijr: 24
Bukan hardikan
maupun kecaman yang Allah berikan kepada mereka yang membuat kesalahan. Bahwa
mereka, para sahabat, adalah manusia yang memiliki fithrah dalam
ketertarikannya pada wanita itu merupakan suatu fakta yang Allah sungguh sangat
memahaminya. Inilah generasi, yang Allah mencintai mereka, dan merekapun
mencintai Allah.
Bagaimana
mengupayakan cinta seperti itu? Bisa dipelajari lebih lanjut dalam salah satu
karya terbaik Salim A. Fillah ini.
Jalan Cinta Para
Pejuang
0 komentar :